GROBOGAN || Petanesia.com - Hayatun Najihah Ramadhani (6) bocah penderita kanker mata (Retinoblastoma) anak dari pasangan Nur Anisa (36) dan Moh. Muhlisin (42) membutuhkan uluran tangan. Ibunda Hayatun, Nur Anisa yang merupakan warga asal Desa Pandanharum, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah itu berharap ada pihak yang mau membantu biaya pengobatan penyakit langka yang diderita anaknya sejak tiga tahun lalu.
“Anak saya sakit kanker sudah 3 tahun, kami telah membawa berobat kemana-mana, baik ke beberapa rumah sakit maupun pengobatan alternatif, tapi belum sembuh,” kata Nur Anisa saat dihubungi Portal Jateng News, Sabtu (22/6/2024).
Nur Anisa mengaku sejak putrinya menderita kanker mata, pernah mendapatkan bantuan dari lingkungan sekitar, namun, kata Nur Anisa dari Kades setempat justru tidak pernah mendapatkan bantuan.
Sebelum meminta konfirmasi kepada Kades Pandanharum, informasi yang diterima, Kades setempat menderita stroke sudah hampir satu tahun.
“Kades Pandanharum stroke sudah hampir setahun, untuk tugas Kades dihandel Sekdes,” kata Aris yang dikenal dekat dengan Kades Pandanharum.
Nur Anisa menuturkan, pernah melihat putrinya saat merasakan sakit hingga dirinya tak kuasa melihatnya, yakni saat awal dia menderita sakit kanker mata, dan saat putrinya mengalami pendarahan hingga masuk rumah sakit.
Terakhir, kata Nur Anisa, menjalani rehabilitasi medik di RSUP Dr Kariadi Semarang, yakni terapi kemo dan terapi radiasi. Namun hasilnya nihil.
"Kemaren kan awalnya di rumah sakit Kariadi Semarang sempet dikemo 6 kali terus enggak berhasil, sudah disinar 25 kali, terus habis itu sudah mengecil tuh, terus dioperasi sekali, kemudian setelah operasi dinyatakan sudah bersih ternyata tumbuh lagi, terus dikemo lagi cuma 2 kali tok , soalnya disitu diberhentiin karena dikemo sudah enggak bisa, lalu disinar lagi 20 kali, sudah selesai. Tapi sekarang sudah mulai tumbuh gede lagi ini,” tutur Nur Anisa.
Ibu dua anak itu mengaku jika biaya pengobatannya selama di rumah sakit gratis karena menggunakan BPJS Kesehatan dari pemerintah. Namun melihat putrinya yang tak kunjung sembuh selalu meneteskan air mata.
Kini Nur Anisa hanya bisa pasrah karena berbagai upaya sudah dilakukan demi kesembuhan anaknya, berharap ada bantuan maksimal untuk pengobatan anak keduanya, agar segera mengangkat penyakitnya.
(Tatang S)